Ingin Beriklan Di Website OkayimDotCom ?. Silahkan Hubungi Kami 👉
Hubungi OkayimDotCom

Alur Film: Anak Punk Dibantai Anak Kaya Di Amerika Serikat ( Kisah Nyata )


 Hai semuanya, seperti biasa, alur film kali ini merupakan kisah nyata, terjadi pada tahun

1997, dimana publik Amerika dihebohkan oleh satu peristiwa yang melibatkan beberapa

oknum, namun sangat memorable hingga saat ini, yaitu sebuah perseteruan antara

kelompok Public United Nat Kingdom alias PUNK, melawan anak-anak orang kaya

penguasa kota. Seperti apa kisah lengkapnya? Tonton aja hingga akhir, karena jika hati

nurani kita masih ada, film ini mungkin saja akan mengubah pandangan negatif kita

terhadap stereotip anak PUNK yang mayoritas dipandang urakan. So jangan lama-lama

kita masuk alur ceritanya.

Film diawali seorang pria bernama Brian Denik, pulang merantau dari suatu tempat dan

sedang nyari tumpangan menuju rumahnya di Texas. Tapi gak ada satupun kendaraan

yang berhenti, mungkin karena tampilannya yang terlalu PUNK, celana ketat, jaket

berpaku dan rambut mohawk, saat itu masih sangat terlihat aneh dan menyeramkan.

Dia pun terpaksa menggunakan skateboardnya yang dia bawa untuk sampai ke tujuan.

Malam harinya Brian baru sampai di Base Camp, kebetulan disana juga sedang kumpul

anak-anak komunitas yang lagi ngadain acara musik sederhana. Brian yang memang

merupakan anak lama sekaligus yang rutin bayar sewa gedung itu disambut dengan

hangat oleh anak-anak PUNK lain. Setelah asik melepas kerinduan, Brian menemui

pacarnya bernama Jed.

Mereka berdua sudah berpacaran cukup lama. Brian yang dikenal punya sikap humble

pun, dia tak segan menyapa anak baru, bahkan memperkenalkannya kepada teman-

teman lain. Di sisi lain, film ini juga memperkenalkan sekelompok atlet softball kaum

orang kaya bernama The Preps, dengan pria bernama Cody sebagai pentolannya.

Tengah malam di sebuah cafe Mr. Frosty, Cody dan dua orang temannya sedang

nongkrong disana. Di saat yang sama, anak PUNK bernama King, mampir juga disana

bersama anak-anak PUNK lain. Kedatangan King CS mengundang perhatian Cody yang

tanpa sebab, Cody mengejek mereka dengan sempitan mahluk bau melebihi sampah.

Namun anak-anak PUNK itu tak menghiraukan ucapan Cody, dan lebih memilih duduk santai saja di luar cafe. 

Tetapi tetap saja, saling ejek-mengejek terjadi walaupun mereka terpisah tempat. Polis yang baru keluar dari toilet juga kena bully gak jelas.

Polis coba sedikit meladeni, tapi malah Cody yang kepancing emosi. Tentu saja King dan yang lain ikut masuk ke dalam cafe. Padu mulut terjadi dan menantang siapa menonjok duluan.

Tapi dengan segera pemilih cafe mengusir mereka dan menyuruh ribut di luar saja.

Perselisihan diakhiri dengan King meludahi mobil Cody dan memukul kaca depannya

hingga retak. Di pagi harinya, Brian yang tidur di basecamp dibangunkan oleh ketukan

pintu.

Ternyata di luar sudah menunggu seorang pria bernama Hersel, pemilih kontrakan untuk

menagih uang sewa yang telat. Untuk sementara, Brian hanya mampu membayar

setengahnya. Dia minta diberi kelonggaran satu minggu lagi, karena acara musik yang

dia adakan mulai ramai dan mendatangkan keuntungan.

Beruntung si pemilih kontrakan masih berbaik hati. Di hari itu, Brian juga menyempatkan

pulang ke rumah orang tuanya. Brian sebenarnya tumbuh dan besar dalam keluarga

baik-baik seperti pada umumnya.

Kedua orang tua Brian, yaitu Mr. Mike dan Nyonya Betty, selalu menghargai pilihan

hidup anak-anaknya dan tetap mencintai mereka hingga dewasa sekarang. Rumah itu

selalu terbuka bagi Brian dan teman-temannya. King juga sering main kesana.

Brian juga punya kakak bernama Jason yang sama-sama anak punk. Bersama Brian dan

King, ketiga anak punk itu mempunyai rutinitas membuat papan rambu berisi tulisan

quotes-quotes ala punk yang mereka buat sendiri sebagai media untuk mereka

menyuarakan idealisme mereka sebagai anak punk. Seperti biasa, malam harinya Brian

menuju base camp menaiki skateboardnya.

Brian mampir dulu ke rumah Hershel, si pemilih kontrakan, untuk membayar setengah

hutang sewanya. Otewe ke base camp, Brian diikuti sebuah mobil yang berisi anak-anak

The Preps yang usil mengejek Brian dari atas mobil. Namun Brian tetap santai dan tak

meladeni mereka, sampai akhirnya salah satu dari mereka melempar sebuah botol dan

tepat mengenai kepala Brian.

Lalu mereka dengan pengecutnya kabur begitu saja. Brian kemudian sampai ke base

camp dengan luka cukup serius. Jed langsung mengurusnya dengan menutup luka itu

menggunakan lakban.

Brian mengingatkan Jed pacarnya untuk lebih berhati-hati jika pulang dari base camp,

karena kekerasan yang mereka alami makin sering terjadi belakangan ini. Setelah itu,

base camp diramaikan dengan pesta kembang api untuk mengisi kekosongan. King yang

gabut mengajak Brian keluar untuk membuat graffiti.

Lagi asik corak-corek tembok, tiba-tiba mobil polisi datang dan langsung mengejar

mereka. Brian dan King lari kocar kacir, tapi begonya mereka malah menuju base camp,

dimana hal itu malah menggiring polisi menuju markasnya selama ini. Dan benar saja,

polisi langsung menggedor base camp mereka hingga semua panik.

Jika mereka tidak keluar, maka semuanya akan dibawa untuk ditahan. Dari dalam mereka coba melawan dan berteriak bahwa polisi tidak berhak masuk tanpa surat izin.

Para polisi itu gak peduli, mereka mencari tuas listrik dan mematikan seluruh lampu di

sana, sebelum akhirnya mereka mendobrak masuk.

Mereka semua akhirnya ditangkap, King harus tersungkur di tanah karena disemprotkan

gas air mata. Jed yang gak tahu masalahnya, malah mendapat pelecehan dari salah satu

petugas. Hal itu membuat Brian marah, namun Brian tetap tak bisa berbuat banyak.

Mereka dipenjara atas tuduhan membuat keributan dan menyerang petugas polisi.

Setelah beberapa hari anak-anak Pang itu dibebaskan, Brian dan Jed pergi ke pet shop

untuk mengadopsi seekor anjing. Lanjut menikmati sunset berdua, Brian bercerita

bahwa dia bukanlah anak Pang tanpa tujuan hidup.

Dia sudah menuliskan beberapa lagu untuk sebuah projek band miliknya. Di lain tempat

pada malam hari, anggota The Prevs mengadakan pesta api unggun dengan membakar

apapun yang ada di sana. Salah satu gadis di sana khawatir polisi akan datang karena

pestanya sedikit berlebihan.

Tapi mereka bilang polisi tak mungkin berani datang, karena kota ini telah mereka

kuasai. Tapi ujungnya ada juga polisi yang datang. Polisi itu terlihat letoy di depan anak-

anak itu, hanya menyuruh mereka segera berhenti dan pulang dengan tertib.

Rupanya petugas itu merupakan kenalan salah satu anggota The Prevs yang bernama

Ricky. Alih-alih bubar, mereka hanya pergi dan melanjutkan pesta di tempat lain. Di

perjalanan, Ricky mencabut salah satu rambu Pang dan menariknya dengan mobil.

Dengan papan rambu itu, mereka menyerang basecamp anak Pang yang kebetulan

hanya ada King yang sedang jaga di sana. King yang gak terima lalu mengejar mereka.

Namun King gak sadar, ternyata dia mengikuti Ricky ke sebuah tempat di mana anak-

anak The Prevs lanjut berpesta, Western Plaza Center.

Tapi dengan berani King keluar dari mobil dan menghajar Ricky, otomatis King dikeroyok

anggota The Prevs lain. Baru setelah itu, Ricky membalas memukuli King, tapi King

masih bisa bangkit dan berjanji bahwa ini akan berlanjut sampai para pecundang itu

masuk ke dalam tanah. Sebelum King pergi dari tempat itu, mobilnya sempat ditabrak

dari arah samping hingga ring set.

Sementara di basecamp anak-anak Pang, Brian dan kawan-kawan yang baru saja

kembali, kaget melihat kondisi basecamp yang berantakan. Mereka melihat jendela kaca

sengaja dipecahkan dari luar menggunakan papan rambu. King yang masih selamat dari

insiden tadi, ia pulang ke basecampnya dengan berjalan kaki.

King sudah merasa muak dengan semua ini. Ia tak bisa membiarkan harga diri anak-

anak Pang terus diinjak di wilayah Texas. Ia pun mengajak semua orang di sana untuk

saat itu juga balik ke Western Plaza, melakukan perlawanan. Awalnya Jason menolak, namun mengingat apa yang kaum elit lakukan terhadap kaum

marginal selama ini, akhirnya keputusan baras dedam pun segera dilaksanakan. Dengan

satu mobil, mereka berangkat menyerbu. Walaupun tahu mereka kalah jumlah, namun

dengan bondo nekat, mereka tetap maju.

Sesampainya mereka di halaman plaza, perkelahian 5 anak Pang versus puluhan

preman manja pun tak terhindarkan. Di tengah perkelahian, munculah Cody bersama 2

orang temannya yaitu Davis dan Michelle, mengendarai mobil Cadillac. Dengan mobil

ayahnya itu, Cody secara sadar telah sengaja menabrak anak-anak Pang di sana.

Davis dan Michelle menyuruh Cody untuk menghentikan aksinya, namun Cody malah

putar balik dan mencari sasaran. Kebetulan, di sana Bryan lah yang jadi target. Cody

dengan sengaja menekan gasnya untuk menabrak Bryan.

Akibat kejadian itu, perkelahian pun berhenti. Naas, Bryan sudah tidak bisa tertolong

lagi. Suasana duka menyelimuti anak-anak Pang di sana, terutama Jade dan sang kakak

Jason yang terus memeluk adiknya itu.

Sementara itu, Michelle yang terus menangis dan Davis menyalahkan Cody atas

tindakan gilanya itu. Jason yang menjaga tubuh Bryan hingga matahari terbit, segera

mengabari kedua orang tuanya. Tangis sang ibu pecah di TKP, tak percaya apa yang

terjadi pada anaknya yang ia rawat dan besarkan sedari kecil.

Di sisi lain, polisi juga melakukan pemeriksaan di rumah Cody. Mereka menemukan

barang bukti berupa mobil Cadillac yang penuh goresan akibat menabrak sesuatu. Di

dalam persidangan, Cody yang anak konglomerat menyewa jasa pengecara bernama

Cameron Wilson yang memang ahli bersilat lidah.

Anak-anak Pang seperti Jason, King, Jade di diskreditkan sebagai anak-anak gak jelas

dan tidak punya masa depan. Bahkan kesaksian mereka dianggap sebagai pernyataan

dari seorang pemabuk Yang dilihat hanyalah latar belakang buruk mereka sebagai Pang

bukan menitik beratkan pada substansi kesaksiannya. Sedangkan Cody dinilai sebagai

anak baik-baik, anggota tim futbol, aktif ekstra kulikuler di sekolah, dan berasal dari

keluarga terhormat.

Si Bia Dabriki juga malah memberatkan kesaksian anak-anak Pang. Padahal, dia

sendirilah pemicu awal keributan saat serangan basecamp. Dia mengatakan bahwa

keributan itu merupakan kericuhan biasa tapi malah dibalas dengan rombongan anak

Pang yang memegang berbagai alat pemukul.

Sebenarnya, devis yang satu mobil dengan Cody harusnya bisa memberatkan karena dia

bersaksi bahwa Cody melakukannya dengan sengaja dan menikmatinya. Namun

kesaksian devis dimentahkan lagi-lagi dengan alasan basi yaitu karena devis saat itu

sedang di bawah pengaruh alkohol. Begitu juga dengan Michelle yang bilang mungkin Cody saat itu takut terintimidasi, bukan didasari kebencian.

Namun tetap saja, apa yang dilakukan Cody adalah sebuah kesalahan dan tidak bisa

dibenarkan. Sementara berdasarkan pemeriksaan barang bukti, jaksa penuntut

menyebutkan bahwa sudah jelas Cody secara sadar dan sengaja menabrak Brian. Tidak

ada etikat Cody untuk menginjak rem atau membanting setir mobilnya.

Dia kabur dan berbohong pada polisi. Jaksa ingin juri menyampaikan pesan pada

masyarakat terutama para remaja bahwa selalu ada ganjaran atas perbuatan mereka.

Dalam hal ini, Cody sangat layak dimasukkan ke dalam sel sebagai pelajaran.

Wilson lagi-lagi menyerang personal anak-anak PUNK lewat pakaiannya. Padahal,

pakaian hanyalah bentuk ekspresi khas anak PUNK yang ingin bebas dan rebel terhadap

otoritas tertentu. Wilson menganggap bahwa anak-anak PUNK memilih jalan hidup untuk

mengintimidasi orang-orang di sekitar mereka.

Parahnya, Wilson membenarkan tindakan Cody karena telah mengurangi satu anak

bengal di wilayahnya. Wilson meyakinkan para juri untuk membiarkan Cody bebas dan

pulang ke orang tuannya. Hal hasil, juri hanya mendakwa Cody sebagai kasus yang tak

disengaja.

Cody si anak mami cuma dijatuhi hukuman masa percobaan dan denda $10.000. Dan

ujungnya, denda itu juga dibatalkan. Brian wafat hanya karena terlihat berbeda dan

harus meninggal lagi di persidangan. Lokasi papan rambu hingga kini masih dijaga dan

dikenal dengan nama The Dynamite Museum.

Apa bedanya kita yang merasa normal dengan anak-anak PUNK? Kita memakai pakaian

sesuai selera kita. Mengubah gaya potongan rambut seperti apa yang kita mau. Apakah

kita juga benar-benar tidak pernah sesekali melanggar aturan yang ada? Sekali lagi,

apakah kita benar-benar merasa paling normal? Normal atas penilaian siapa? Terimakasih sudah membaca.

Semoga artikel alur film ini bermanfaat. Sampai jumpa di alur film selanjutnya.





Post a Comment

Berikan Komentarmu Kawan....
Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.